Wajah Ponorogo Kini
Tahukan kamu tentang Ponorogo? Pasti yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar Ponorogo adalah suatu kabupaten kecil di Jawa Timur tempat Reog berasal atau biasa dijuluki dengan kota Reog. Itu memang benar, namun apakah anda yakin bahwa Ponorogo termasuk kabupaten kecil yang sepi dan tidak menarik? Kali ini anda salah. Ya Ponorogo kini telah banyak berubah. Ponorogo tidak seperti anggapan kita yang dahulu. Dari segi wilayahnya Ponorogo memang kecil dan merupakan salah satu kota yang menjaga tradisinya sampai saat ini. Namun kini masyarakatnya telah bertransformasi menjadi masyarakat modern layaknya kota-kota besar di Indonesia.
Kondisi tersebut dapat terlihat dari Gaya Hidup modern yang ditampilkan oleh masyarakat Ponorogo. Mulai dari cara berpakaiannya, pergaulannya, hingga makanan yang dikonsumsinya pun sudah menyetarai masyarakat ibukota. Entahlah faktor dasar apa yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat Ponorogo kini sehingga berubah drastis, yang jelas hal tersebut berdampak positif terutama untuk Ponorogo sendiri dalam pandangan masyarakat kota lainnya di Indonesia dengan tetap tidak meninggalkan budaya dan tradisinya.
Hal pertama yang akan saya bahas disini dari sisi cara berpakaian. Jika kita telaah lebih dalam, cara berpakain masyarakatnya sudah mengikuti perkembangan zaman entah laki-laki maupun perempuan. Misalkan seorang laki-laki dengan penampilan rambut yang rapi, memakai kemeja terkini, serta celana jeans dan sepatu yang tentunya bermerk. Terlebih untuk perempuan, yang berhijab maupun tidak. Cara berpakaiannya pun layaknya wanita metropolitan masa kini, terutama para mahasiswinya yang terkesan sedikit glamour. Hal ini terbukti dengan menjamurnya berbagai distro, butik atau toko pakaian lainnya yang mulai memenuhi kota Ponorogo.
Selain dari cara berpakaian, dari segi makanan pun kini mulai banyak kita temui makanan cepat saji yang mulai diminati masyarakat Ponorogo. Hal ini dapat kita amati dengan masuknya menu khas Negara Barat seperti burger, hot dog, steak, pizza dan lain sebagainya yang dijual di beberapa café atau restoran di Ponorogo. Hal ini terbukti dengan café atau restoran yang dipadati masyakatnya mulai sore hingga malam hari. Entah ingin menikmati makanan tersebut, berkumpul dengan para kerabat/teman, ataupun hanya sekedar untuk di posting ke social media. Masyarakat Ponorogo kian kreatif saat memposting makanan dan restoran ke social media yang terkesan lezat untuk dinikmati dan tempat yang indah dikunjungi sehingga mampu menarik pengunjung lainnya untuk menjadi pembeli. Selain dapat menikmati, kita juga telah ikut mempromosikannya. Tentu hal ini dapat menguntungkan pendapatan pemilik café atau restoran tersebut.
Hal terakhir yang saya bahas adalah tentang pergaulan dengan membentuk suatu komunitas. Banyak kita jumpai berbagai komunitas yang mulai eksis di Ponorogo kini. Seperti komunitas fotografer yang selalu mengisi akun instagram Ponorogo, komunitas pecinta alam yang suka mengeksplore keindahan Ponorogo, komunitas menulis/jurnalistik yang suka menyumbang ide-idenya tentang realita masa kini, hingga komunitas toko online yang lebih memilih social media sebagai media yang lebih efektif untuk menjualkan produk-produknya.
Semua ini tidak akan terjadi apabila masyarakatnya terkesan pasif dan menutup diri tentang globalisasi, karena mereka bersikap terbuka dan mau menerima keadaan dunia luar. Selama gaya hidup mereka tidak berlebihan masih dalam batas kewajaran dan tidak merugikan orang lain, tentu hal ini tidak perlu dipersoalkan. Yang paling penting semua ini memiliki tujuan positif demi kelangsungan hidup khalayak ramai. Kita patut bangga sebagai masyarakat karena sekarang kita mampu menyamai masyarakat ibukota yang tidak tekesan ketinggalan jaman.
Kondisi tersebut dapat terlihat dari Gaya Hidup modern yang ditampilkan oleh masyarakat Ponorogo. Mulai dari cara berpakaiannya, pergaulannya, hingga makanan yang dikonsumsinya pun sudah menyetarai masyarakat ibukota. Entahlah faktor dasar apa yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat Ponorogo kini sehingga berubah drastis, yang jelas hal tersebut berdampak positif terutama untuk Ponorogo sendiri dalam pandangan masyarakat kota lainnya di Indonesia dengan tetap tidak meninggalkan budaya dan tradisinya.
Hal pertama yang akan saya bahas disini dari sisi cara berpakaian. Jika kita telaah lebih dalam, cara berpakain masyarakatnya sudah mengikuti perkembangan zaman entah laki-laki maupun perempuan. Misalkan seorang laki-laki dengan penampilan rambut yang rapi, memakai kemeja terkini, serta celana jeans dan sepatu yang tentunya bermerk. Terlebih untuk perempuan, yang berhijab maupun tidak. Cara berpakaiannya pun layaknya wanita metropolitan masa kini, terutama para mahasiswinya yang terkesan sedikit glamour. Hal ini terbukti dengan menjamurnya berbagai distro, butik atau toko pakaian lainnya yang mulai memenuhi kota Ponorogo.
Selain dari cara berpakaian, dari segi makanan pun kini mulai banyak kita temui makanan cepat saji yang mulai diminati masyarakat Ponorogo. Hal ini dapat kita amati dengan masuknya menu khas Negara Barat seperti burger, hot dog, steak, pizza dan lain sebagainya yang dijual di beberapa café atau restoran di Ponorogo. Hal ini terbukti dengan café atau restoran yang dipadati masyakatnya mulai sore hingga malam hari. Entah ingin menikmati makanan tersebut, berkumpul dengan para kerabat/teman, ataupun hanya sekedar untuk di posting ke social media. Masyarakat Ponorogo kian kreatif saat memposting makanan dan restoran ke social media yang terkesan lezat untuk dinikmati dan tempat yang indah dikunjungi sehingga mampu menarik pengunjung lainnya untuk menjadi pembeli. Selain dapat menikmati, kita juga telah ikut mempromosikannya. Tentu hal ini dapat menguntungkan pendapatan pemilik café atau restoran tersebut.
Hal terakhir yang saya bahas adalah tentang pergaulan dengan membentuk suatu komunitas. Banyak kita jumpai berbagai komunitas yang mulai eksis di Ponorogo kini. Seperti komunitas fotografer yang selalu mengisi akun instagram Ponorogo, komunitas pecinta alam yang suka mengeksplore keindahan Ponorogo, komunitas menulis/jurnalistik yang suka menyumbang ide-idenya tentang realita masa kini, hingga komunitas toko online yang lebih memilih social media sebagai media yang lebih efektif untuk menjualkan produk-produknya.
Semua ini tidak akan terjadi apabila masyarakatnya terkesan pasif dan menutup diri tentang globalisasi, karena mereka bersikap terbuka dan mau menerima keadaan dunia luar. Selama gaya hidup mereka tidak berlebihan masih dalam batas kewajaran dan tidak merugikan orang lain, tentu hal ini tidak perlu dipersoalkan. Yang paling penting semua ini memiliki tujuan positif demi kelangsungan hidup khalayak ramai. Kita patut bangga sebagai masyarakat karena sekarang kita mampu menyamai masyarakat ibukota yang tidak tekesan ketinggalan jaman.
Komentar
Posting Komentar