Unforgettable 2015
2015 tahun yang menurutku belum berpihak kepadaku. Banyak
kejadian silih berganti menimpaku terutama kesedihan. Pertama, di awal tahun
2015 tepatnya tanggal 22 Januari aku harus menerima kenyataan pahit bahwa
Ayahku meninggal dunia. Seorang laki-laki cerdas, berwibawa, tegas dan humoris
itu harus meninggalkan seorang istri dan ketiga anaknya. Sehari sebelumnya aku
pamit kepada Ibu dan Ayahku yang terbaring lemah di atas tempat tidur untuk
menghadiri wisuda Pasca Sarjana kakak pertamaku
di salah satu Kampus di Yogyakarta. Aku sama sekali tidak mempunyai
pikiran dan firasat buruk sama sekali. Dalam hati kecilku aku tidak tega
meninggalkan Ayahku dalam keadaan seperti itu, namun aku tetap menuruti
keinginanku. Lalu aku berpamitan seraya berkata, “aku pergi dulu ke Jogja Pak,
besok kita bertemu lagi.. Kan Bapak pengen foto bareng kakak pake baju toga”.
Sambil tersenyum haru aku perlahan meninggalkan kedua orang tuaku.
6 jam lebih perjalanan
dengan lebatnya hujan di kota Gudeg itu tak menyurutkan langkahku. Aku tetap
bersemangat apalagi sesampainya disana aku diantar oleh seseorang yang
menurutku istimewa. Sungguh indah sore itu, hujan menemani kita di sepanjang
perjalanan menuju kos tempat tinggalku. Kakakku sudah menanti di kos. Keesokan
harinya waktu yang ditunggu itu tiba juga. Tamu undangan sudah memadati
audotorium yang sangat luas ini. Para wisudawan sudah siap menanti detik-detik
mengharukan dalam hidupnya. Sungguh aku sangat bangga melihat mereka, memakai
baju toga di hari bahagia ditemani keluarga dan orang tercinta apalagi dengan
nilai cumlaude. Sungguh kebahagiaan yang luar biasa yang tak ternilai oleh
materi. Sehari yang melelahkan akhirnya kita memutuskan untuk langsung pulang
ke Ponorogo walau dengan berat hati untuk meninggalkan kota Gudeg ini karena
masih dalam rangka libur UAS, tetapi Ayah disana lebih membutuhkan kehadiran
kita.
Masih dalam perjalanan
pulang, tiba-tiba aku mendapatkan kabar tak sedap. Ayah sudah meninggalkan kita
semua. Belum juga aku melihat keadaan terakhirnya dan mengabarkan kabar bahagia
ini, beliau sudah dulu dipanggil oleh Yang Maha Esa. Terpukul.. itulah yang aku
rasakan seketika kebahagian yang menimpaku berubah seketika menjadi duka yang
sangat mendalam. Itu adalah awal pahit yang menimpaku di 2015 lalu. Belum
berhenti sampai disitu, kesedihan Kedua pun terjadi. Aku harus menerima takdir
setelah kepergian Ayahku, aku harus berhenti kuliah di Kota Gudeg yang mulai
aku cintai baru-baru ini. Akhirnya pun aku harus pindah kuliah disini untuk
menemani Ibuku tercinta yang sendiri karena ditinggal Ayah kita tercinta.
Alasan lain karena kedua kakakku yang sudah berkeluarga dan bekerja di luar
kota. Mau tak mau aku harus mulai menerima keadaan pahit ini walaupun sampai
sekarang aku masih belum merelakannya.
Semenjak kepindahanku itu
juga, hubunganku dengan seseorang yang menuruku spesial itu menjadi semakin
renggang pula. Apalagi sebelum Ayahku meninggal, beliau sempat mengatakan
padaku agar tidak mencari pasangan yang jauh. Ayah berpesan untuk mencari pasangan
yang dekat saja. Entah tak terfikir
olehku pabila itu menjadi wasiat bagiku sebelum kepergiannya. Walau aku sempat
mengelaknya. Entahlah, semenjak itu juga sudah ta ada komunikasi lagi di antara
kita. Mungkin itu salah satu pertanda buruk juga. Aku terus merenung sambil
memikirkan, “Kenapa harus begini?? Belum juga kita mengenal lebih dekat tetapi
perkenalan singkat Itu harus berakhir seperti ini”. Mungkin ini sudah jalan
dari Yang Maha Kuasa. Manusia bisa berencana tapi Allah lah yang menentukan.
Bulan demi bulan berlalu,
aku menikmati kehidupanku yang sekarang disini bersama teman-teman yang
baru. Dengan kejadian yang lalu aku
berusaha menerima dan menjalani kehidupan selanjutnya. Sekitar pertengahan
bulan di tahun 2015 itu pula, aku divonis Dokter mengalami penyakit yang cukup
berbahaya. Entah mengapa penyakit itu bisa menimpaku, yang jelas kemunculan
penyakit itu menjadi alasan ketiga kesedihanku. Mungkin karena psikisku yang
belum bisa menerima keadaan sebenarnya menjadi salah satu penyebab aku divonis
penyakit ini. Aku harus menjalani pengobatan selama 6 bulan non stop.
Hari-hariku ditemani oleh obat-obatan dari Dokter Spesialis itu. Terkadang aku
merasakan bosan dengan hidup ini. Kenapa masalah datang silih berganti. Sempat
terlintas di fikiranku apakah aku akan mati??? Kenapa hidupku menjadi seperti
ini, bahkan aku seperti orang yang stress. Tapi aku yakin Allah tidak akan
menguji hambanya diluar kemampuannya. Mungkin dibalik ini semua ada hikmah yang
bisa diambil.
Aku mencoba sabar dan menjalaninya
dengan ikhlas walaupun itu sangat berat, ya apalagi kalau bukan emosiku yang
masih labil yang sewaktu-waktu dapat meledak. Saat berada di lingkunganku yang
baru yaitu di kampusku aku berusaha menyesuaikan diri dengan mereka. Sebisa
mungkin aku bersikap baik agar bisa mendapat teman sebanyak-banyaknya. Aku
sangat sulit untuk jatuh cinta, apalagi untuk menjatuhkan pilihan. Pernah
sekali aku merasakan perasaan yang tak bisa aku jelaskan dengan kata-kata.
Sekitar awal bulan Oktober lalu, pertemuan yang singkat pula namun sangat
berkesan dan melekat sampai sekarang. Aku terus memikirkannya, perbedaan Fakultas membuatku sulit untuk
sekedar bertemu dengannya. Berharap namun kenyataan tak berpihak. Sampai detik
ini pun aku belum juga di pertemukan lagi dengannya. Cukup angin saja yang
menyampaikan rinduku padanya. Lebih baik dari awal aku tak bertemu dengannya
daripada harus seperti ini lagi. Kisah ini hampir mirip dengan kisahku saat di
Jogja dulu. Pertemuan singkat yang berkesan namun berakhir abstrak, entahlah..
Mungkin itu menjadi alasan keempat dari rentetan kesedihanku di tahun 2015.
Tapi tenang tahun 2015
sudah berakhir dan 2016 telah datang. Harapan semua orang pasti sama di tahun
yang baru ini, bisa menjadi lebih baik daripada tahun sebelumnya. Begitupun
dengan aku. Yang lalu biarlah berlalu, 2015 yang penuh dengan kesedihan pun
sudah berlalu. Mungkin 2015 adalah tahun ujian buatku dan aku sangat berharap
dan berdoa semoga 2016 menjadi lebih baik dan di tahun ini pula segala jawaban
dari harapanku dapat terwujud. Semoga aku bisa menjadi pribadi yang jauh lebih
berkualitas dan bermanfaat lagi karena di tahun ini pula usiaku akan bertambah.
Aku berharap besar di tahun 2016 ini... Finally let’s say Good Bye 2015 and
Welcome 2016 J HAPPY NEW YEAR 2016!!!
Komentar
Posting Komentar