OSPEK??? Menyenangan Kok, Tidak Menakutkan
Ospek (Orientasi Pengenalan Kampus), kata yang tidak
asing lagi di kalangan mahasiswa. Kegiatan wajib dalam rangka memasuki
jenjang pendidikan Perguruan Tinggi yang
dilaksanakan setiap tahunnya guna menyambut calon-calon pemimpin masa depan.
Filosofi dari Ospek itu sendiri adalah pengenalan terhadap civitas akademika
baik kepada senior, dosen, pegawai, birokasi kampus (Ketua Jurusan, Dekan dan
Rektor).
Metodologi Ospek seharusnya menjadi wadah yang bernuansa
intelektual, karena tujuan dari dunia perkuliahan itu sendiri adalah
mengembangkan intelektual calon mahasiswanya. Dunia perkuliahan senantiasa
bergelut dengan buku, diskusi dan organisasi. Maka dari itu tujuan dasar dari
Ospek itu sendiri memberikan bekal pengenalan baik intra maupun ekstra kampus.
Mahasiswa dibekali pelayanan sebagai calon intelektual yang baru memasuki dunia
Perguruan Tinggi dengan sewajarnya.
Muatan Ospek sebagai wadah pembelajaran pendidikkan,
penelitian dan pengabdian bagi masyarakat. Maka dari itu calon mahasiswa harus
diberikan bekal untuk memahami fenomena sosial di masyarakat karena
mahasiswalah calon generasi muda yang akan menentukan arah kebijakan dan
perubahan sesuai peran, fungsi sebagai masyarakat intelektual bagi negeri ini. Selain
itu terdapat kekuatan emosial antara mahasiswa dengan masyarakat, dimana
mahasiswa terlahir karena adanya turut serta masyarakat dalam memberikan
sumbangsih terhadap pendidikan yang dikelola oleh pemerintah.
Namun tak jarang banyak dari Perguruan Tinggi yang tidak
memahami filosofi sesungguhnya dari Ospek itu sendiri. Hal ini dapat dipicu
dari faktor internal seperti keegoan para seniornya sehingga dilampiaskan
kepada mahasiswa baru sebagai korban. Selain itu sebagai aktualisasi diri para
senior agar lebih dikenal para juniornya sehingga melakuan cara yang tidak
menecerminkan nilai-nilai moralitas dan rasional sebagai mahasiswa. Seperti
penggemblengan pikiran sampai fisik yang menjadi sorotan di kalangan
masyarakat. Sebab mereka dipersiapan menjadi generasi pemikir.
Hal ini tentu dapat menurunkan citra Perguruan Tinggi
yang bersangkutan sebagai tempat menggali ilmu. Selain itu kurangnya kontrol
dari pihak birokasi kampus terhadap pelasanaan Ospek. Di dalam dunia
perkuliahan sebenarnya tidak mengenal senioritas. Mahasiswa baru maupun
mahasiswa lama sama saja, hanya yang membedakan adalah seharusnya mahasiswa
lama dapat menjadi teladan dan inspirator bagi mahasiswa yang baru memasuki
dunia perkuliahan karena mereka lebih dulu mendapat pengalaman.
Ospek yang diberikan harus yang konstrutif.
Penggemblengan fisik harus dihindari bahkan harus ditiadakan, guna
menghilangkan stigma buru masyarakat terhadap Perguruan Tinggi. Pelasanaan
Ospek diperlukan partisipasi dari seluruh civitas akademik dalam memberikan
pelayanan terhadap mahasiswa baru. Harapannya Ospek kembali kepada filosofinya
sebagai wadah pengenalan civitas akademik, sehingga tidak ada lagi pengaduan
kasus-kasus akibat terselenggaranya Ospek. Dengan demikian mahasiswa baru dapat
merasakan dunia kampus yang berbeda dengan dunia pendidikan sebelumnya dengan
tenang tanpa dihantui perasaan takut.
Komentar
Posting Komentar