Media Sosial Bentuk Baru dari Keyakinan?


Media Sosial Bentuk Baru dari Keyakinan?
Pengaruh media sosial memang sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Pengaruhnya sudah merebak ke kalangan mana saja baik orang tua,dewasa,remaja bahkan anak-anak sekalipun. Kini penggunaan nya pun tidak hanya digunakan oleh kalangan atas, tetapi sudah digunakan oleh berbagai kalangan tanpa memandang usia,status sosial,pekerjaan maupun kebudayaan. Semua hal ini tidak terlepas dari perkembangan internet yang begitu pesat dengan segala kemudahan yang diberikan yang memungkinkan kita lebih cepat untuk menerima sosial media ini.
Dengan beragam fitur menarik yang diberikan, anak muda semakin lebih tertarik untuk mengelolanya. Situs media sosial seperti facebook, twitter, bbm, instagram, path dll memungkinkan kita untuk terhubung satu sama lain dengan lebih mudah dan cepat. Kita dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa terhubung waktu dan tempat. Dengan hanya membuka akun sosial media, kita dapat mengetahui dan berkomunikasi dengan siapa saja di belahan dunia ini.
Media Sosial kini sudah menjadi kebutuhan “primer” setiap manusia. Tujuannya pun beragam. Ada yang beranggapan untuk mengikuti update berita terkini, ada yang sekedar mencari teman sebanyak-banyaknya (padahal belum tentu mereka mengenal dalam dunia nyata), ada juga yang sekedar membuat akun media sosial untuk bermain game, atau yang marak sekarang yaitu belanja online (online shop). Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu Negara pengguna media sosial terbanyak di dunia.
Keberadaan media sosial membuat orang makin malas untuk beraktifitas dan hanya menghabiskan waktu di depan gadget mereka. Faktanya saja ketika ada pemberitahuan dari sosial media, kita langsung dengan cepat segera mengeceknya, sementara jika ada perintah dari orang tua ataupun waktu untuk beribadah kita sering menundanya atau bahkan enggan melakukannya . Sungguh hal yang sangat miris terdengarnya.
Apa sesungguhnya yang dicari di dunia maya sehingga orang-orang takut kehilangan sebuah akun sosial media? Dimana seseorang lebih aktif ketika berada di media sosial. Banyak juga orang yang melupakan urusan agamanya sampai-sampai Tuhan saja dikesampingkan hanya karena sibuk dengan media sosialnya. Apakah ini bentuk baru dari keyakinan? Ataukah bentuk syirik era modern? Apakah sifat ini juga merupakan bentuk arogansi baru?
Di Rusia sendiri Negara atheis menganggap bahwa Google adalah Tuhan karena dari Google-lah kita bisa mendapatkan segala informasi yang kita cari. Seolah-olah Google menjawab semua keinginan kita. Apakah di Indonesia juga menganggap demikian? Memang semua bisa kita cari mulai dari informasi, teman-teman baru, segala macam fashion terkini dan sebagainya. Tapi sekali lagi itu semua hanyalah dunia maya yang semu. Tidak mungkin  kita bandingkan Tuhan dengan media sosial? Tuhan adalah pencipta seluruh jagad raya beserta isinya termasuk kita manusia, sedangkan media sosial? Itu hanya ciptaan manusia.
Sebagai umat beragama yang berakal seharusnya urusan agamalah yang harus kita utamakan. Jika kita meninggalkan media sosial atau kita tidak memilikinya pun kita tidak akan mengalami kerugian apapun. Tetapi jika kita meninggalkan ibadah kita, urusannya adalah dengan dosa. Kita akan merugi di akhirat kelak. Karena di dalam agama Islam sendiri ditegaskan bahwa ibadah(sholat) adalah hal pertama kali yang dipertanggung jawabkan saat kita meninggal nanti.
Apakah malaikat akan bertanya, apa akun Facebook dan Twittermu? Apakah semakin banyak akun sosial media yang dimiliki akan membuat kita masuk surga? Sungguh mustahil dan tidak mungkin terjadi. Kita sebagai umat beragama seharusnya cerdas dalam berfikir, tahu mana hal yang harus didahulukan dan mana hal yang bisa dikesampingkan.
Allah lah yang menciptakan kita. Dia bisa mengambil nyawa kita sewaktu-waktu tanpa sepengetahuan kita. Jadi apalah arti dari media sosial? Pada akhirnya itu semua tidak akan kita bawa mati, yang kita bawa nanti hanyalah amal perbuatan kita selama di dunia ini. Lalu masih menganggap media sosial adalah segalanya? Think again!

Komentar

Postingan Populer